ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI DENGAN
HYPERBILIRUBINEMIA
1.
Pengertian
Menurut
buku Ilmu Kesahatan Anak II FK Unair Surabaya, 1989 : 257 mengatakan bahwa
Hyperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
biasanya diserta dengan ikterus. Kadar bilirubin normal adalah 0 – 1 mg/%.
Sedangkan
menurut Wong Dounal and Whaley Lucille, 1990 : 1236 mengatakan
hyperbilirubiemia ( joundace) pada bayi baru lahir adalah timbunan dari serum
bilirubin melebihi batas normal ( 5 – 7 mg/100 dl)
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena
adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin
dalam darah.
Ikterus
dibedakan pada bayi menjadi 3, yaitu :
a.
Ikterus Fisiologik
Disebut Ikterus fisiologik bila :
1)
Timbul pada hari kedua dan ketiga
2)
kedua bilirubin indirek tidak melampaui 10 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 12,5 mg % pada neonatus kurang bulan
3)
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5
mg % per hari
4)
Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg %
5)
Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
6)
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologi
b.
Ikterus Patologik
Disebut ikterus patologik bila :
1)
Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2)
kedua bilirubin indirek melampaui 10 mg % pada neonatus
cukup bulan dan 12,5 mg % pada neonatus kurang bulan
3)
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin melebihi 5 mg %
per hari
4)
Ikterus menetap sesudah 2 pertamamg %
5)
Kadar bilirubin direk
melebihi 1 mg %
6)
Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses
hemolitik, infeksi berat atau keadaan patologik lain yang telah
diketahuikeadaan patologi
c.
kern-ikteus
adalah suatu
sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunanbilirubin tak
terkonjugasi dalam sel-sel otak. Kerusakan ini terjadi pada korpus striatus,
thalamus, nucleus subtalamus, hypokampus, nucleus merah dan nucleus pada dasar
ventrikulus ke IV.. Gejala Kern Ikterus pada permulaan kurang jelas, dapat
berupa mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau makan, tonus otot
meningkat, leher kaku dan akhirnya epistotonus (purnawan Junaidi, dkk, 1982 :
548)
2.
Etiologi
Secara garis
besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi sebagai berikut :
a.
Produksi yang berlbihan yang melebihi kemampuan bayi
untuk mengeluarkannya. Terdapat pada hemolisis yang meningkat akibat inkompetibleitas golongan darah.
(Rh, ABO antagonis, atau defisiensi
ensim G6PD)
b.
Gangguan pada proses pengambilan dan kenjugasi hepar
dapat disebabkan oleh imaturasi hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, hypoksia, dan gangguan fungsi hepar dan infeksi
c.
Gangguan dalam transportasi. Untuk dapat diangkut ke
hepar bilirubin diikat oleh albumin terlebih dahulu. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banayak bilirubin indirek bebas dalam darah yang mudah
melekat pada otak
d.
Gangguan dalam sekresi dapat terjadi akibat obstruksi
dalam hepar atau diluar hepar, akibat penyakit hepar bawaan, infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain. (ngastiyah, 1997 : 199)
3.
Patofisologi
·
Produksi berlebihan
·
Gangguan konjugasi hepar
·
Gangguan transportasi
·
Gangguan ekskeresi
Hyperbilirubinmia
Bil Indirek bebas dalam darah
Mudah melekat pada sel otak
Kerusakan otak (kernikterus)
Letargi
Kejang
Tak mau m,engisap
Tonus otot
Epistotonus
|
Ikterus pada kulit
Gatal
Resiko gangguan integritas
kulit
Resiko gangguan jalan nafas
Resiko kurang nutrisi
Resiko aspirasi
|
Bilirubin dalam darah terikat
albumin
Defisiensi albumin
Defisiensi immunology
Resiko infeksi
|
4.
Penatalaksanaan
a.
mempercepat proses konjugasi misalnya dengan pemberian
fenobarbital. Fenobarbitaal dapat bekerja sebagai enzim induser sehingga
konjugasi dapat dipercepat
b.
menambah substrat yang kurang untuk transportasi atau
konjugasi sseperti pemberian albumin untuk mengikat bilirubin bebas
c.
Melakukan dekomposisi bilirubin dengan terapi sinar
yang dapat menurunkan kadar bilirubin dengan cepat. Terapi sinar mengubah
senyawa 4 Z, 15 Z – bilirubin menjadi senyawa bentuk 4 Z, 15 E Bilirubin yang
merupakan bentukisomer yang mudah larut dalam plasma sehingga mudah disekresi
oleh hati kedalam empedu. Dari empedu dilepas ke usus untuk kemudian diskresi
bersama faeses.
Photo terapi
dilakukan pada keadaan :
1)
Kenaikan bilirubin indirek yang sangat cepat ( 0,4
mg/kg/jam), atau kadar bilirubin indirek > 10 mg/dl dan bayi dalam keadaan
hemolisis ditandai dengan ikterus pada hari I
2)
Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah tranfusi
tukar
Photo terapi
tidak dilakukan pada bayi dengan ganguan motilitas / peristaltic usus.
(obstruksi, enteristis)
d.
Tranfusi tukar dengan indikasi :
1)
Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek
kurang dari 20 mg %
2)
Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat ( 0,3 – 1
mg 5 / jam)
3)
Anemia yang berat pada neonatus dengan tanda – tanda
dekompensasi jantung
4)
Bayi dengan kadar Hb talipusat kurang dari 14 mg %,
bilirubin lebih dari 5 mg % dan test coombs direk yang positif
- Pemgkajian Keperawatan
a.
Anamnese orang tua/keluarga
Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami
neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO,
incompatibilitas lain golongan darah). Ada sudara yang menderita penyakit
hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu , ikterus kemungkinan kaena
pengaruh pregnanediol.
b.
Riwayat kelahiran
·
Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan
manipulasi berlebihan merupakn predisposisi terjadinya infeksi
·
Pemberian obat anestesi, analgesik yang
berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubn.
·
Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan
terjadinya (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.
·
Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan
prematuritas organ tubuh (hepar).
- Pemeriksaan fisik
1)
Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan
aktivitas menurun
2)
Kepala leher
·
Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan
selaput / mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan
Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning)
·
Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang
hypoksia
3)
Dada
·
Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat
ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas.
·
Status kardiologi menunjukkan adanya
tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
4)
Perut
·
Peningkatan dan penurunan bising usus
/peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan dengan indikasi
penatalaksanaan photo terapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.
·
Perut membuncit, muntah , mencret merupakan
akibat gangguan metabolisme bilirubun
enterohepatik
·
Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan
dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
5)
Urogenital
·
Urine kuning dan pekat.
·
Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti
dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
6)
Ekstremitas
Menunjukkan
tonus otot yang lemah
7)
Kulit
·
Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang
jelek. Elastisitas menurun.
·
Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan
ptechia, echimosis.
8)
Pemriksaan Neurologis
Adanya kejang,
epistotonus, lethargy dan lain – lainmenunjukkan adanya tanda – tanda kern -
ikterus
- Pemerksaan Penunjang
1)
Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
2)
Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi
3)
Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan
4)
Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll
5)
Skreening ikterus melalui matode kremer.
- Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek
phototerapi , imaturyti hati
b.
Gangguan integrritas kulit berhubungan dengan jaondase
c.
Perubahan temperatur tubuh berhubunga dengan phototerapi
d.
Perubahan volume cairan berhubungan dengan intake
rendah dan efek fototerapi
e.
Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan kemampuan
menghisap menurun
- Rencana intervensi
a.
Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek
phototerapi, imaturyti hati
Tujuan ; Tidak
mengalami komplikasi dari phototerapi
Criteria hasil
1.
tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi,
ketidakstabilan temperatur, dan kerusakan kulit
2.
Bayi terlindung dari sumber cahaya
Intervensi
1)
Lindungi mata bayi dengan penutup mata khusus
R/ menhindari
kontak langsung mata dengan sinar
2)
Chek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)
R/ mencegah
keterlambatan penanganan
3)
Letakkan bayi telanjang dibawah lampu dengan
perlindungan mata dan kemaluan
R/ Pencahayaan
maksimum dan merata serta organ vital terlindungi dari kerusakan
4)
monitor temperatur aksila
R/ pemaparan
panas dengan sinar memungkinkan terjadinya ketidakstabilan suhu badan
5)
pastikan intake cairan adequate
R/ Pemaparan
panas meningkatkan penguapan yang harus segera diganti dengan intake cairan
6)
jaga bersihan perianal
R/ Menekan
resiko ieritasi kulit
- Resiko kekurangan nutrisi berhubungan intake tidak adequate sekunder kemapuan menghisap turun
Tujuan : tidak
terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
Kriteria hasil
1)
Porsi minum habis
2)
BB naik
3)
Menghisap kuat
Intervensi
1)
berikan nutrisis secara adequate
2)
Berikan minum tepat waktu dan sesuai ukuran dan
kebutuhan
R/ menganti
cairan dan nutrisi yang hilang akibat terapi sinar
3)
observasi kemampuan menghisap
R/ pemasukan
nutrisi adequate bila kemampuan mengisap baik
4)
Kpasang Sonde bila kemampuan mengisap turun
R/ mningkatkan
intake melalui sonde karena gagal melalui mulut
5)
Timbang BB setiap hari
R/ memantau
perkembangan kebutuhan nutrisi
6)
Kolaborasi ahli gizi
Referensi
1.
Abdul Bari et all. 2001. Buku acuan Nasional Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro hardjo.
Jakarta
2.
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan.
EGC. Jakarta
3.
Ngastiyah. 1997. Ilmu Keperawatan pada anak sakit.
EGC. Jakarta.
4.
Purnawan Junaidi et al. 1982. Kapita selekta
kedokteran. Edisi ke 2 . Media Aesculapius. Jakarta
5.
Wongand Walley. 1990. Clinical Manual of
pediatric Nursing. Third ediion. Mosby Compani. Philapidelpia
Laporan Kasus
Nama : .........................
N I M :....................................
Ruangan : Neonatologi No. Reg. :
Pengkajian : Tanggal 15 -07 - 2002 Jam : 11.00 WIB
-------------------------------------------------------------------------------------------------
IDENTITAS
Nama : By Temu Tgl. MRS : 12 – 7 - 2002
Umur : 12 hari Diagnosa : NA + Ikterus
Neonatorum
Jenis
kelamin : Laki
BB MRS : 2700 mg PB : 48 cm
Identitas
orang tua
Nama Ayah :Tn "S"
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Ny"T"
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Pasar Bunga Kayun 35 – 36
Surabaya
Riwayat Keperawatan
1.
Keluhan Utama : Ikterus dan post sepsi
2.
Riwayat Keperawatan Sebelumnya
a.
Pre Natal : dan tidak pernah minum obat/jamu selain yang
diberikan dokter. Selama hamil tidak pernah ada keluhan yang berarti dari
kehamilannya
b.
Natal :
Lahir pada tanggal 12 Juli 2002 di IRD dengan SC. Letak lintang. Ketuban pecah
dini 1 jam 27 menit sebelum bayi lahir dengan warna jernuh. Apgar Score 357,
BBL = 2700 PB 48 cm, LK = 34 cm, LD = 31 cm. Lahir dengan aspiksia berat dn ikterus
c.
Post natal : bayi dikirm ke neonatology karena ikterus
dan asfiksia berat.
3.
Riwaat keperawatan saat ini
Saat ini dalam
perawatan diruang neonatology , sedang dalam terapi sinar. Reflek mengisap
membaik, O2 terus terpasang 1 l/mnt,.Menangis kuat. Bayi masih kelihatan lemah.
Kuning diseluruh tubuh masih kleihatan. Bayi dipasang infus D 10 % 250 cc/ 24
jam. Sementara dipuasakan
Pemeriksaan fisik
K/u lemah,
reflek menggenggam lemah, reflek mengisap kuat, reflek menangis kuat, reflek
moro ( +) Tonus otot cukup. Tanda vital : Nadi : 140 x/mnt, RR = 44 x/mnt, suhu
= 36 ,7 C
Kepala
Rambut hitam,
tipis, chepal hematom (- ) Caput sedanium (-), muka bentuk oval, simetris .
Ikterus ( + )
Mata
Kemerahan (-)
Iktrus (+) selama foto terapi mata ditutup dengan kaca mata hitam
Hidung
Skret ( - ) ,
gerakan cuping hidung ( - ), terpasang O2 pernasal
Mulut
Bibir merah,
lidah bersih, cianosis ( -) . Mengisap ( minum)
kuat . Menangis kuat. Moniliasis ( - )
Telinga
: Tak dijumpai kelainan
Leher: Tak
ditemukan kelainan
Dada
: Bentuk simetris, Rhonci / wheezing
( - / - ). Retraksi (- ) , ikterus ( + ) kulit dada banyak mengelupas.
Abdomen
Talip usat
belum kering, triplede diberikan ( + ) Kembung ( -)peristaltic ( +) gerakan
seirama nafas, hepar tak teraba, ikterus ( + )
Genetalia
Tak ditemukan
kelainan. Skrotum sudah turun, selam terapi sinar selalu di tutup dengan popok
BAK kekuningan 5-6 x/hari
Rectum
Tak ditemukan
kelainan.
Ekstremitas
Reflek
menggenggam lemah, reflek moro ( +) Tonus otot cukup.Pergerakan lemah, iktrus (
+ ). Akral hangat
Pemeriksaan
neurologis
Kejang ( - ),
epistotonus ( - )
Integumen
Turgor cukup,
kelelmbaban cukup, lesi ( - ) ikterus ( + ) kremer 3
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Laboratorium tgl 15 Juli 2002
Bilirubin
total = 22 mg mg%
GDA = 70
Hb = 18.4 mg %
Leukosit = 74000
SE = 65
Gol Darah = O
CRP = 0,6 (
negatif)
Tgl 16 Juli
2002
Bilirubin
total = 18
Tgl 17 juli
2002
Bilirubin
total = 14
Terapi yang diperoleh
Infus D 10
% 250 cc/24 jam
Sementara
dipuasakan
O2
terpasang 1 ltr/mnt
Head up
kepala
Fdoto
terpi 24 jam
Termoregulasi
Meronem 3
x 30 mg iv
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
MASALAH
|
|||||||||
1.
|
S : -
O : Ikterus ( + ) Bil
total 22 mg%
mulai jam 00 WIB dilakukan foto terapi.
Posisi terlentang. Suhu badan 36.5 0 C. turgor cukup. BB 2650 gr.
|
Foto terapi
Pemajanan langsungpanas/sinar
Resiko Panas tubuh meningkat
Melebihi batas normal
|
Resiko
tinggi perubahan suhu badan
|
|||||||||
2
|
S : -
O : Ikterus ( + ) Bil
total 22 mg%
mulai jam 00.00 WIB dilakukan foto terapi.
Posisi terlentang. Kedua mata ditutup
dengan kaca mata hitam serta kemaluan di kenakan popok. Suhu badan 36.5 0
C. turgor cukup. BB 2650 gr. Posisi tidakpernah dirubah selama foto terapi
|
Foto terapi
Pemajanan langsungpanas/sinar
Cedera mata/genetlia
|
Resiko
injury
|
|||||||||
3
|
S ; -
O
: : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg%
Suhu badan
36.5 0 C. turgor cukup. BB 2650 gr. Kulit dada tampak banyak
mengelupas
|
Ikterus Phototerapi
(bil. Kult
)
Gatal kulit kering
Integritas berubah/rusak
|
Resiko
kerusakan intgeritas kulit
|
|||||||||
4
|
S : -
O : Sementara dipuasakan. Infus d10% 250 cc/24 jam.
Turgor cukup. Tx Photo terapi I sedang berjalan dimulai jam 00.00 . Suhu
badan 36.7 C. Nadi 120 x/mnt
|
Foto terapi
Pemajanan langsungpanas/sinar
Peningkatan
Penguapan
Kehilangan volume cairan berlebihan
Intake tidak seimbang (puasa)
Devisit volume cairan
|
Resiko
devisit volume cairan tubuh
|
Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek
phototerapi, imaturyti hati
2.
Resiko devisit volume cairan
tubuh
berhubungan dengan peningkatan penguapan sekunder foto terapi
3.
Resiko perubahan suhu badan
(Peningkatan suhu badan) berhubungan dengan
pemajanan sinar yang lama seknder foto terapi
4.
Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan denga peningkatan bilirubin dikulit dan efek foto terapi
Rencana
Keperawatan
Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek
phototerapi, imaturyti hati
Tujuan ; Tidak mengalami komplikasi dari
phototerapi
Criteria hasil
tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan
temperatur, dan kerusakan kulit
Organ vital bayi terlindung dari sumber cahaya
Intervensi
1) Pertahankan
proteksi mata dan genetalia dengan fiksasi yang memadai
R/ kontak langsung mata dangenetalia dengan sinar ultra violet dalam
jangka panjang berakibat fatal
2) Chek
mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)
R/ mencegah keterlambatan penanganan
3) Pastikan
lampu dalam kondisi siap pakai
R/ Keruakan lampu (pecah, strum meneybar ke box) dapat menimbulkan
cedera baru pda bayi
4) Observasi tadna vital klien, tanda dehidrasi, tanda hypertermi
R/ peningkatan penguapan akibat pemaparan panas
terus menerus dapat berakibat dehidrasi dan hypertermi
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemajanan
sinar (panas) yang lama sekunder foto terapi
Tujuan : selama tindakan foto terapi tidak terjadi
kekurangan cairan
Kriteria hasil
Tidak ada tanda dehidrasi
Tidak ada tanda dehidrasi
1
Turgor
baik
1
Kelembaban
kulit baik
1
Mata
tidak cwong
1
Mukosa
tidak kering
Rencana
intervensi
1.
Observasi
tanda dehidrasi setiap jam selama fototerapi
2.
Observasi
tanda vital
3.
berikan
minum PASI 8 x 40 cc/ 24 jam 9 k/p ekstra
4.
Observasi
intake cairan dar infus. Pertahankan kelancaranannya
5.
Observasi
output urine
Resiko
Perubahan suhu tubuh ( Peningkatan suhu badan)
berhubungan dengan pemajanan panas yang lama sekunder foto terapi
Tujuan ; Perubahan suhu dalam batas normal
Criteria hasil
Suhu badan dalam batas 36.5 0
C – 37.5 0 C
Intervensi
1)
Kontrol / obsevasi suhu badan setiap jam selama foto
terapi berlangsung
R/ Perubahan
suhu dapat terjadi dengan cepat akibat pemaparan sinar yang juga sebagi sumber
panas.
2)
Ubah posisi bayi setiap 2 jam
R/ Pemajanan
yang merata dan bergantian mengurangi resiko tidak efektifnya pusat suhu badan
3)
Hentikan/istirahatkan foto terapi bilashu diatas 38 C.
R/ Semakin
lama pemajanan semakin tinggi kemungkinan perubahan suhu banan
4)
Kompres basah bila suhu meningkat
R/ Pemberian
kompres mengurangi / sebagai media konduksi pembuangan panas
5)
Kolaborasi dokter bila panas tidak / sulit turun/
terlalu tinngi untuk mendapatkanantipiretik
IMPLEMENTASI
Dx
|
Tgl
|
Jam
|
Kegiatan
|
1,2
1,2,3
|
16/7/02
|
08.00
10.00
12.00
|
-
Mengkaji gejala
kardinal ( suhu 36 20 C, Nadi 124 x/mnt)
-
Menyiapkan
pemeriksaan bilirubin total ( H v/d B)
-
Memberikan susu
perspeen 40 cc habis
-
Memberikan posisi
terlentang
-
Mengobservasi tanda
dehidrasi
-
Mempertahankan foto
terapi
-
Memperhatikan
kelancaran cairan infus ( mengobservasi tetes infus)
-
Mengobservasi tanda
vital ( suhu 370 C, Nadi 128 x/mnt)
|
1.,2
|
17/7/02
|
13.30
15.00
|
-
Mengkaji gejala
kardinal ( suhu 37 20 C, Nadi 120 x/mnt)
-
Memberikan susu
perspeen
-
Mengatur posisi
klien tengkurap
-
Memperhatikan dan
menjaga kelancaran cairan infus
-
Memandikan bayi
-
Memberikan injeksi
meronem
|
|
18/7/02
|
15.00
|
Memandikan bayi dan mengganti baju
Observasi gejala kardinal
Membrikan susu per sepeen
Melepas infus
Sementara foto terapi stop/istirahat
|
Catatan perkembangan ( Evaluasi )
Tgl 17/7/02
S : -
O : Suhu : 36. 8 0C
Nadi 124 x/mnt
A : Tidak terjadi
peningkatan suhu badan diatas normal
P : planing
dipertahankan
Tgl 17/7/02
S : -
O : suhu 36. 8 0C
Nadi 124 x/mnt, tanda iritasi mata dan perubahan /tanda injury tak ada
A : Tidak terjadi
injury selama foto terapi
P : planing
dipertahankan
Tgl 17/7/02
S : -
·
Tak ditemukan tanda
dehidrasi
·
Mukosa basah
·
Turgor cukup baik
·
Kelembaban cukup
·
BAK lancar 5 – 6 x/24
jam, tidak pekat, warna masih kuning
A : Tidak terjadi
dehidrasi selama foto terapi
P : planing
dipertahankan
Tgl 18/7/02
S : -
O : Suhu : 36. 8 0C
Nadi 124 x/mnt
A : Tidak terjadi
peningkatan suhu badan diatas normal
P : planing
dipertahankan
Tgl 18/7/02
S : -
O : suhu 36. 8 0C
Nadi 124 x/mnt, tanda iritasi mata dan perubahan /tanda injury tak ada
A : Tidak terjadi
injury selama foto terapi
P : planing dipertahankan
Tgl 18/7/02
S : -
·
Tak ditemukan tanda
dehidrasi
·
Mukosa basah
·
Turgor cukup baik
·
Kelembaban cukup
·
BAK lancar 5 – 6 x/24
jam, tidak pekat, warna masih kuning
A : Tidak terjadi
dehidrasi selama foto terapi
P : planing
dipertahankan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar