clock

email

Jumat, 18 November 2011

askep THYPOID anak - buccank


A.    TEORI
Pengertian
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonela Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan air kencing dari orang yang terinfeksi kuman salmonela. ( Bruner dan Sudart, ).
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonela Thypi ( Arief Maeyer).
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonela thypi dan ayat salmonela thypi A ,B ,C sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer ).
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi pada usus halus, penyakit tipus disebut juga paratyphoid demam, demam usus, tifus Dan tifus ayat abdominalis (.Seoparman).
Penyakit tipus adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonela typhosa, tipe salmonela ABC penularan terjadi secara pecal, lisan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh tipe salmonela A B Dan C yang dapat menular melalui lisan, feses, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Etiologi
Penyakit tipus Etiologi adalah salmonela typhi. Ayat salmonela typhi A B Dan C ada dua sumber penularan salmonela typhi yaitu pasien dengan demam penyakit tipus dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam penyakit tipus dan masih terus mengekresi salmonela typhi dalam tinja dan mengudarakan kemih selama lebih dari 1 tahun.
Patofisiologi
Salmonela Penularan thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita penyakit tipus dapat menularkan kuman salmonela thypi kepada orang terbaring. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Orang Apabila tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonela thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian jarak dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada penyakit tipus disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada penyakit tipus. Endotoksemia berperan pada patogenesis penyakit tipus, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonela thypi dan endotoksin nya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
Manifestasi Klinik
Masa tunas penyakit tipus 10 – 14 Hari
a.     Minggu saya
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sakit hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b.    Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggir nya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
Komplikasi
c.     Komplikasi yang berkaitan dengan usus
1.    Perdarahan usus
2.    Perporasi usus
3.    Ilius paralitik
d.    Tambahan Komplikasi yang berkaitan dengan usus
1.    Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis
2.    Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3.    Komplikasi paru : radang paru-paru, empiema, dan pleuritis
4.    Komplikasi pada hati dan kandung empedu : radang hati, kolesistitis.
5.    Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6.    Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan radang sendi.
7.    Komplikasi neuropsikiatrik : igauan, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain telanjang dan sidroma katatonia.
Penatalaksanaan
e.    Perawatan
1.    Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2.    Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
f.      Diet
1.    Berdiet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
2.    Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3.    Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4.    Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 Hari.
g.    Obat-obatan
1.    Klorampenikol
2.    Tiampenikol
3.    Kotrimoxazol
4.    Amoxilin dan ampicillin
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam penyakit tipus adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum mengudarakan mentah, udara rebus sampai mendidih dan hindari makanan pedas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan penyakit tipus adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
8.    Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam penyakit tipus terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam penyakit tipus, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas batas normal bahkan kadang kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam penyakit tipus.
9.    Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam penyakit tipus seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya penyakit tipus.
10.  Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam penyakit tipus, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam penyakit tipus. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1.    Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang terbaring, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2.    Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonela thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3.    Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam penyakit tipus di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4.    Pengobatan dengan obat menentang mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat menentang mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
11.  Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonela thypi terdapat dalam serum klien dengan penyakit tipus juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonela yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita penyakit tipus. Akibat infeksi oleh salmonela thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1.    Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2.    Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3.    Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O Dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita penyakit tipus.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
4.    Faktor yang berhubungan dengan klien :
§  Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
§  Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncak nya pada minggu ke 5 atau ke 6.
§  Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam penyakit tipus yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut
§  Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat menentang mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
§  Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
§  Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O Dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
§  Infeksi klien dengan klinis / subklinis oleh salmonela sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah
§  Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonela thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan penyakit tipus pada seseorang yang pernah tertular salmonela di masa lalu.
5.    Faktor-faktor Teknis
§  Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonela dapat mengandung antigen O Dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang terbaring.
§  Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
§  Memaksakan salmonela yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari memaksakan salmonela setempat lebih baik dari suspensi dari ketegangan terbaring.
Tumbuh kembang anak usia 6 - 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri seks sekunder nya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
l.              Motorik kasar
§     Loncat tali
§     Bulu Tangkis
§     Memukul
§     motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.
m.          Motorik halus
§     Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
§     Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
n.            Kognitif
§     Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
§     Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
§     Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
§     Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
o.            Bahasa
§     Mengerti kebanyakan kata kata abstrak
§     Memakai semua bagian dialog termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
§     Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran lisan
§     Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stres dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stres tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stres meliputi ;
16.  Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga terbaring, teman dan perubahan peran
17.  Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
18.  Lingkungan asing
Kebiasaan sehari hari berubah
19.  Pemberian obat kimia
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
§  Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebaya nya
§  Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri
§  Selalu ingin tahu alasan tindakan
§  Berusaha independen dan produktif
Orang Reaksi tua
§  Kecemasan dan ketakutan akibat dari serius nya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
§  Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familier nya peraturan Rumah sakit
      JALUR-JALUR
      DATA ANALISA
TIDAK
TGL / JAM
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1
Diisi pada saat tanggal pengkajian
Data Berisi subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan
masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas ,dll
Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
      DIAGNOSA KEPERAWATAN
§  Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
§  Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pipa masuk yang tidak adekuat.
§  Hipertermi b.d proses infeksi salmonela thypi.
§  Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
§  Kurangnya pengetahuan tentang penyakit nya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TIDAK
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
PERENCANAAN
1
Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi Dengan Kriteria Hasil :
§  Membran mukosa bibir lembab,
§  tanda tanda sangat penting (TD, S, N Dan RR) dalam Batas normal,
§  tanda tanda dehidrasi tidak ada
3.     Kaji tanda tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh
4.     pantau pipa masuk Dan hasil cairan dalam 24 menyumbat, ukur BB tiap hari pada waktu dan menyumbat yang sama,
5.     catat laporan atau hal hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
6.     Anjurkan klien minum banyak kira kira 2000-2500 cc per Hari,
7.     kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)
8.     kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pipa masuk yang tidak adekuat
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
§  Nafsu makan bertambah
§  menunjukkan berat badan stabil / ideal,
§  nilai bising usus / peristaltik usus normal (6-12 kali per menit)
§  konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
13.   Kaji pola nutrisi klien
14.   kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien,
15.   anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut,
16.   timbang berat badan tiap hari.
17.   Anjurkan klien makan sedikit tapi sering,
18.   catat laporan atau hal hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung,
19.   kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian berdiet,
20.   kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonela thypi
Hipertermi teratasi
Kriteria Hasil :
§  Suhu, nadi dan pernafasan dalam Batas normal
§  bebas dari kedinginan
§  tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah penyakit tipus.
24.   Observasi suhu tubuh klien
25.   anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien,
26.   beri kompres dengan mengudarakan dingin (mengudarakan biasa) pada daerah axila, lipat paha, sementara bila terjadi panas,
27.   anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun,
28.   kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat menentang piretik.
4
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Kebutuhan sehari hari terpenuhi
Kriteria hasil :
§  Mampu melakukan aktivitas,
§  bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
31.   Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung,
32.   bantu kebutuhan sehari hari klien seperti mandi, BAB Dan BAK,
33.   bantu klien mobilisasi secara bertahap,
34.   dekatkan barang barang yang selalu di butuhkan ke meja klien
35.   kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
5
Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan melanggar
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
§  eritema, (-)
§  bengkak (-)
§  Tanda-tanda infeksi (-)
§  sekresi purulen / drainase (-)
§  febris(-)
41.   Observasi tanda tanda sangat penting (S, N, RR Dan RR).
42.   Observasi kelancaran tetesan infus,
43.   memonitor tanda tanda infeksi
44.   antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus.
45.   kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat menentang biotik sesuai indikasi.
6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
§  Menunjukkan pemahaman tentang penyakit nya, melalui perubahan gaya hidup
§  Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.
48.   Kaji sejauh kekuatan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya,
49.   Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien,
50.   beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti,
51.   beri penguatan positif jika klien menjawab dengan tepat,
52.   pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
53.   tanyakan apa yang tidak di ketahui klien,
54.   libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien