A.
TEORI
Pengertian
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi
sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonela Thypi. Organisme ini masuk
melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan air
kencing dari orang yang terinfeksi kuman salmonela. ( Bruner dan Sudart, ).
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi
akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonela Thypi ( Arief Maeyer).
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi
akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonela thypi dan ayat salmonela
thypi A ,B ,C sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, ( Syaifullah Noer ).
Penyakit tipus adalah penyakit infeksi
pada usus halus, penyakit tipus disebut juga paratyphoid demam, demam usus,
tifus Dan tifus ayat abdominalis (.Seoparman).
Penyakit tipus adalah suatu penyakit pada
usus yang menimbulkan gejala gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonela
typhosa, tipe salmonela ABC penularan terjadi secara pecal, lisan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat
disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus
yang disebabkan oleh tipe salmonela A B Dan C yang dapat menular melalui lisan,
feses, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Etiologi
Penyakit tipus Etiologi adalah salmonela typhi. Ayat salmonela typhi A B
Dan C ada dua sumber penularan salmonela typhi yaitu pasien dengan demam
penyakit tipus dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam penyakit tipus dan masih terus mengekresi salmonela typhi dalam tinja dan
mengudarakan kemih selama lebih dari 1 tahun.
Patofisiologi
Salmonela Penularan thypi dapat ditularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita penyakit
tipus dapat menularkan kuman salmonela thypi kepada orang terbaring. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Orang Apabila tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonela thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian jarak dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial
ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia
pada penyakit tipus disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam pada penyakit tipus. Endotoksemia berperan pada patogenesis penyakit
tipus, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonela thypi dan endotoksin nya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
Manifestasi Klinik
Masa tunas penyakit tipus 10 – 14 Hari
a.
Minggu saya
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sakit hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b.
Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggir nya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.
Komplikasi
c.
Komplikasi yang berkaitan dengan
usus
1.
Perdarahan usus
2.
Perporasi usus
3.
Ilius paralitik
d.
Tambahan Komplikasi yang berkaitan
dengan usus
1.
Komplikasi kardiovaskuler :
kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis
2.
Komplikasi darah : anemia hemolitik,
trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3.
Komplikasi paru : radang paru-paru,
empiema, dan pleuritis
4.
Komplikasi pada hati dan kandung
empedu : radang hati, kolesistitis.
5.
Komplikasi ginjal : glomerulus
nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6.
Komplikasi pada tulang :
osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan radang sendi.
7.
Komplikasi neuropsikiatrik : igauan,
meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain telanjang dan
sidroma katatonia.
Penatalaksanaan
e.
Perawatan
1.
Klien diistirahatkan 7 hari sampai
demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada
panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
f.
Diet
1.
Berdiet yang sesuai ,cukup kalori
dan tinggi protein
2.
Pada penderita yang akut dapat
diberi bubur saring.
3.
Setelah bebas demam diberi bubur
kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4.
Dilanjutkan dengan nasi biasa
setelah penderita bebas dari demam selama 7 Hari.
g.
Obat-obatan
1.
Klorampenikol
2.
Tiampenikol
3.
Kotrimoxazol
4.
Amoxilin dan ampicillin
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam penyakit tipus adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,
hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum
mengudarakan mentah, udara rebus sampai mendidih dan hindari makanan pedas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan penyakit tipus adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
8.
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam penyakit tipus terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam penyakit tipus, jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada pada batas batas normal bahkan kadang kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
penyakit tipus.
9.
Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam penyakit tipus seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya penyakit tipus.
10. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam penyakit tipus, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam penyakit
tipus. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1.
Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
terbaring, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi
yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2.
Saat pemeriksaan selama perjalanan
Penyakit
Biakan darah terhadap salmonela thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.
3.
Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam penyakit tipus di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4.
Pengobatan dengan obat menentang
mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat menentang mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
11. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonela thypi terdapat dalam
serum klien dengan penyakit tipus juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonela
yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita penyakit tipus. Akibat infeksi oleh salmonela thypi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1.
Aglutinin O, yang dibuat karena
rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2.
Aglutinin H, yang dibuat karena
rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3.
Aglutinin Vi, yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O Dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
penyakit tipus.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
4.
Faktor yang berhubungan dengan klien
:
§
Keadaan umum : gizi buruk dapat
menghambat pembentukan antibodi.
§
Saat pemeriksaan selama perjalanan
penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan
mencapai puncak nya pada minggu ke 5 atau ke 6.
§
Penyakit – penyakit tertentu : ada
beberapa penyakit yang dapat menyertai demam penyakit tipus yang tidak dapat
menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut
§
Pengobatan dini dengan antibiotika :
pengobatan dini dengan obat menentang mikroba dapat menghambat pembentukan
antibodi.
§
Obat-obatan imunosupresif atau
kortikosteroid : obat obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan
antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
§
Vaksinasi dengan kotipa atau tipa :
seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O Dan H
dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1
tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan lahan selama 1 atau 2
tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi
kurang mempunyai nilai diagnostik.
§
Infeksi klien dengan klinis /
subklinis oleh salmonela sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji
widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah
§
Reaksi anamnesa : keadaan dimana
terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonela thypi karena penyakit
infeksi dengan demam yang bukan penyakit tipus pada seseorang yang pernah tertular
salmonela di masa lalu.
5.
Faktor-faktor Teknis
§
Aglutinasi silang : beberapa spesies
salmonela dapat mengandung antigen O Dan H yang sama, sehingga reaksi
aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies
yang terbaring.
§
Konsentrasi suspensi antigen :
konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
§
Memaksakan salmonela yang digunakan
untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi
suspensi antigen dari memaksakan salmonela setempat lebih baik dari suspensi
dari ketegangan terbaring.
Tumbuh kembang anak usia 6 - 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya
ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg /
tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri seks sekunder nya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek
diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
l.
Motorik kasar
§ Loncat tali
§ Bulu Tangkis
§ Memukul
§ motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan keleluasaan.
m.
Motorik halus
§ Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
§ Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat
musik.
n.
Kognitif
§ Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
§ Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
§ Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
§ Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
o.
Bahasa
§ Mengerti kebanyakan kata kata abstrak
§ Memakai semua bagian dialog termasuk kata sifat, kata keterangan, kata
penghubung dan kata depan
§ Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran lisan
§ Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS
bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stres dan tidak merasa aman. Jumlah dan
efek stres tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan
penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stres meliputi ;
16.
Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga terbaring, teman dan perubahan
peran
17.
Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
18.
Lingkungan asing
Kebiasaan sehari hari berubah
19.
Pemberian obat kimia
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit
usia sekolah (6-12 tahun)
§ Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebaya nya
§ Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri
§ Selalu ingin tahu alasan tindakan
§ Berusaha independen dan produktif
Orang Reaksi tua
§ Kecemasan dan ketakutan akibat dari serius nya penyakit, prosedur,
pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
§ Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta
tidak familier nya peraturan Rumah sakit
JALUR-JALUR
DATA ANALISA
TIDAK
|
TGL / JAM
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1
|
Diisi pada saat tanggal pengkajian
|
Data Berisi subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian
keperawatan
|
masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan
keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas ,dll
|
Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
§ Resti ketidakseimbangan volume cairan dan
elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
§ Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh b.d pipa masuk yang tidak adekuat.
§ Hipertermi b.d proses infeksi salmonela
thypi.
§ Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari
hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
§ Kurangnya pengetahuan tentang penyakit nya
berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
TIDAK
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN
|
1
|
Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan
muntah.
|
Ketidak seimbangan volume cairan tidak
terjadi Dengan Kriteria Hasil :
§ Membran mukosa bibir
lembab,
§ tanda tanda sangat
penting (TD, S, N Dan RR) dalam Batas normal,
§ tanda tanda dehidrasi
tidak ada
|
3. Kaji tanda tanda
dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan
peningkatan suhu tubuh
4. pantau pipa masuk Dan
hasil cairan dalam 24 menyumbat, ukur BB tiap hari pada waktu dan menyumbat
yang sama,
5. catat laporan atau hal
hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
6. Anjurkan klien minum
banyak kira kira 2000-2500 cc per Hari,
7. kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)
8. kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
|
2
|
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pipa masuk yang tidak adekuat
|
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
§ Nafsu makan bertambah
§ menunjukkan berat
badan stabil / ideal,
§ nilai bising usus /
peristaltik usus normal (6-12 kali per menit)
§ konjungtiva dan
membran mukosa bibir tidak pucat.
|
13. Kaji pola nutrisi
klien
14. kaji makan yang di
sukai dan tidak disukai klien,
15. anjurkan tirah baring
/ pembatasan aktivitas selama fase akut,
16. timbang berat badan
tiap hari.
17. Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering,
18. catat laporan atau hal
hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung,
19. kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian berdiet,
20. kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
|
3
|
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonela thypi
|
Hipertermi teratasi
Kriteria Hasil :
§ Suhu, nadi dan
pernafasan dalam Batas normal
§ bebas dari kedinginan
§ tidak terjadi
komplikasi yang berhubungan dengan masalah penyakit tipus.
|
24. Observasi suhu tubuh
klien
25. anjurkan keluarga
untuk membatasi aktivitas klien,
26. beri kompres dengan
mengudarakan dingin (mengudarakan biasa) pada daerah axila, lipat paha,
sementara bila terjadi panas,
27. anjurkan keluarga
untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun,
28. kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat menentang piretik.
|
4
|
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari hari berhubungan dengan
kelemahan fisik
|
Kebutuhan sehari hari terpenuhi
Kriteria hasil :
§ Mampu melakukan
aktivitas,
§ bergerak dan
menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
|
31. Berikan lingkungan
tenang dengan membatasi pengunjung,
32. bantu kebutuhan sehari
hari klien seperti mandi, BAB Dan BAK,
33. bantu klien mobilisasi
secara bertahap,
34. dekatkan barang barang
yang selalu di butuhkan ke meja klien
35. kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
|
5
|
Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan melanggar
|
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
§ eritema, (-)
§ bengkak (-)
§ Tanda-tanda infeksi
(-)
§ sekresi purulen /
drainase (-)
§ febris(-)
|
41. Observasi tanda tanda
sangat penting (S, N, RR Dan RR).
42. Observasi kelancaran
tetesan infus,
43. memonitor tanda tanda
infeksi
44. antiseptik sesuai
dengan kondisi balutan infus.
45. kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat menentang biotik sesuai indikasi.
|
6
|
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat
|
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
§ Menunjukkan pemahaman
tentang penyakit nya, melalui perubahan gaya hidup
§ Orang tua
berpartisipasi dalam proses perawatan.
|
48. Kaji sejauh kekuatan
tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya,
49. Beri pendidikan
kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien,
50. beri kesempatan
keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti,
51. beri penguatan positif
jika klien menjawab dengan tepat,
52. pilih berbagai
strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
53. tanyakan apa yang
tidak di ketahui klien,
54. libatkan keluarga
dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
|